May 4, 2024

Air hujan memang memberikan banyak berkah bagi alam dan manusia. Selain memberikan kehidupan bagi tanaman dan menghindari kekeringan, hujan juga membawa fenomena yang menarik yaitu aroma segar yang muncul setelah hujan. Fenomena ini dikenal sebagai petrichor, yang merupakan bau tanah yang menyenangkan dan sering dikaitkan dengan hujan.

Petrichor terjadi ketika hujan turun setelah cuaca panas dan kering. Aroma segar ini dihasilkan oleh kombinasi minyak nabati yang mudah menguap dan geosmin yang dilepaskan dari tanah ke udara. Geosmin adalah senyawa organik yang ditemukan dalam bakteri tanah dan alga biru-hijau. Senyawa ini memiliki aroma khas yang dapat tercium setelah hujan.

Selain itu, flora di sekitar daerah yang turut mempengaruhi aroma hujan. Beberapa tumbuhan diketahui mengeluarkan minyak saat musim kemarau, dan saat hujan turun, minyak ini terlepas ke udara. Minyak ini mengandung asam lemak yang mudah menguap, seperti asam stearat dan asam palmitat, yang dapat menambah aroma tanah yang menyenangkan pada bau hujan.

Selama badai petir, terjadi pembentukan ozon di atmosfer. Petir dapat memecah molekul oksigen dan nitrogen, yang kemudian bergabung kembali menjadi oksida nitrat. Oksida nitrat ini berinteraksi dengan bahan kimia lain di atmosfer dan membentuk ozon, yang memiliki bau menyengat seperti klorin. Jika kita mencium bau hujan yang mendekat, kemungkinan angin dari badai membawa ozon dari awan ke hidung kita.

Meskipun hujan itu sendiri tidak memiliki rasa atau bau, aroma segar setelah hujan memberikan sensasi yang menyenangkan bagi banyak orang. Bau hujan dapat memberikan perasaan tenang dan membangkitkan kenangan indah. Tidak heran jika banyak orang menantikan hujan, terutama setelah periode cuaca panas dan kering.

Proses terjadinya bau petrichor yang muncul saat hujan disertai sambaran petir melibatkan beberapa senyawa kimia dan faktor lingkungan. Saat petir menyambar, molekul diatomik seperti oksigen dan nitrogen dipecah menjadi nitrogen monoksida (NO) dan ozon (O3). Molekul ozon ini kemudian terbawa oleh tetesan air hujan, yang mempromosikan fenomena petrichor.

Salah satu senyawa kimia yang berkontribusi pada aroma petrichor adalah geosmin. Geosmin adalah senyawa yang dihasilkan oleh bakteri aktinomiset yang hidup di dalam tanah. Ketika tetesan air hujan bersentuhan dengan tanah, senyawa geosmin ini terbawa oleh udara, sehingga aroma geosmin menjadi tercium di sekitar kita. Geosmin merupakan gabungan dari karbon (79,06%), hidrogen (12,17%), dan oksigen (8,77%). Manusia memiliki sensitivitas tinggi terhadap geosmin dan dapat menciumnya dengan baik. Bahkan, hidung manusia dapat mendeteksi geosmin di udara pada konsentrasi sekecil 5 bagian per triliun.

Selain geosmin, ada juga senyawa turunan hidrokarbon lainnya yang berkontribusi pada aroma petrichor. Aroma yang khas dari petrichor berasal dari kombinasi geosmin, senyawa turunan hidrokarbon, dan ozon yang terbawa oleh angin dan tetesan air hujan.

Faktor lingkungan juga berperan dalam intensitas aroma petrichor. Peningkatan kelembaban yang terjadi saat hujan dapat mengintensifkan aroma tersebut. Selain itu, kombinasi antara tanah yang basah dan panas dari sinar matahari setelah hujan juga membantu dalam menyebarkan aroma petrichor.

Secara keseluruhan, bau petrichor yang unik dan menenangkan ini terbentuk melalui interaksi kimia antara air hujan, tanah, dan senyawa organik seperti geosmin. Aroma segar yang terkait dengan hujan ini memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi banyak orang.

“Hujan darimu aku belajar walaupun engkau terjatuh engkau tetap dicintai semua orang”

Salam literasi kimiaaa