Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair seperti salju, batu es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Di Bumi, hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan.
Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara. Virga adalah presipitasi yang jatuh ke Bumi namun menguap sebelum mencapai daratan; inilah satu cara penjenuhan udara. Presipitasi terbentuk melalui tabrakan antara butir air atau kristal es dengan awan. Butir hujan memiliki ukuran yang beragam mulai dari pepat, mirip panekuk (butir besar), hingga bola kecil (butir kecil).
Proses Terjadinya Hujan.
Lalu bagaimana proses terjadinya hujan?
Dilansir dari National Geographic, di awan terdapat tetesan air yang muncul dari embun yang menguap. Proses terjadinya hujan dimulai dari sinar matahari yang panas menyebabkan adanya proses evaporasi. Air yang berada di bumi seperti laut, sungai, serta sumber air lainnya mengalami penguapan. Hasil uap tersebut naik dan mengalami proses kondensasi. Dalam proses tersebut, uap air berubah menjadi embun. Karena suhu sekitar awan lebih rendah dari panas matahari, sehingga membentuk titik embun air.
Suhu udara yang semakin tinggi membuat titik-titik embun semakin banyak dan memadat, kemudian membentuk awan. Di langit ada perbedaan tekanan udara sehingga pergerakan udara tersebut dikenal dengan angin. Angin kemudian membawa awan yang berisi butir-butir air menuju lokasi yang suhunya lebih rendah. Awan-awan yang mengandung titik embun air tersebut kemudian berkumpul dan membentuk awan besar, sehingga warnanya menjadi kelabu. Ini dikarenakan banyak partikel yang dibawa. Tetesan air hujan mengembun di sekitar potongan bahan mikroskopis yang disebut inti kondensasi awan. Kondensasi ini bisa berbentuk partikel debu, garam, asap, atau polusi.
Kondensasi awan berwarna cerah, seperti debu dan ganggang hijau menyebabkan hujan berwarna. Namun, porsinya kecil. Ternyata tidak semua tetesan air hujan itu jatuh menyentuh tanah. Ada juga butiran air yang kembali ke awan. Hal ini karena air menembus lapisan atmosfer yang lebih hangat dan akhirnya kembali menguap.
Tetesan air hujan sebenarnya memiliki bentuk seperti kue kering, meskipun kebanyakan orang mengira seperti tetesan air mata. Berdiameter 0,5 milimeter atau 0,02 inci. Gerimis bisa lebih kecil dari tetesan hujan.
Hujan juga sering berbentuk serpihan salju, tetapi meleleh ketika jatuh melalui atmosfer. Salju terbentuk dengan cara yang sama seperti hujan, namun dalam kondisi yang lebih dingin. Kecepatan hujan turun tergantung dari wilayahnya. Daerah gurun kering akan lebih lambat dibandingkan hutan hujan tropis.