November 21, 2024

Apakah kalian pernah berfikir bahwa Patung yang berkarat bisa dibersihkan dengan menggunakan jeruk nipis?

Monumen Patung Dirgantara merupakan elemen penting dari pembentuk ciri khas Kota Jakarta karena keberadaannya mengorientasikan karakter Kota Jakarta dan membantu setiap wisatawan untuk lebih mengenal Jakarta. Melalui Patung Dirgantara, Bung Karno ingin menyampaikan kepada dunia tentang keperkasaan bangsa Indonesia di bidang dirgantara. Berdiri dekat Markas Besar TNI Angkatan Udara Republik Indonesia sebelum pindah ke Cilangkap, Presiden Soekarno yang menginginkan adanya lambang manusia angkasa Indonesia, yakni sosok perkasa dan gagah berani untuk menjelajah angkasa.

Di sisi lain, pada hakikatnya semua benda cagar budaya akan mengalami interaksi dengan lingkungannya. Interaksi tersebut sebenarnya merupakan bagian dari proses alam yang tidak dapat dihindari. Semua benda di alam ini akan mengalami proses penuaan alamiah dan akan mengalami proses degradasi yang mengakibatkan menurunnya kualitas bahan benda cagar budaya. Maka dari itu, perlu upaya pelestarian yang harus dilakukan untuk melestarikan cagar budaya tersebut.

Patung Dirgantara memiliki keunikan tersendiri karena struktur tiangnya yang melengung, jadi proses pembersihan terbilang cukup sulit karena lebih banyak detail dibandingkan membersihkan bangunan biasa. Secara umum benda-benda yang terbuat dari bahan logam termasuk prasasti akan mengalami kerusakan yang salah satunya disebabkan oleh Korosi.

Korosi merupakan gejala destruktif yang mempengaruhi hampir semua logam. Faktor yang berpengaruh dan mempercepat korosi di antaranya adalah air dan kelembaban udara, elektrolit berupa asam atau garam, adanya oksigen, permukaan logam yang tidak rata, serta logam dalam potensial reduksi. Karena patung Dirgantara berada di tengah kota, kerusakan patung terjadi akibat polutan, kelembaban, fluktuasi suhu, dan cahaya. Udara di perkotaan biasanya mengandung polutan dan senyawa reaktif gas CO, CO2, SO2, serta garam klorida yang berasal dari asap pabrik dan kendaraan bermotor. Udara di perkotaan biasanya mengandung polutan dan senyawa reaktif gas CO, CO2, SO2, serta garam klorida yang berasal dari asap pabrik dan kendaraan bermotor. Debu dan kotoran dari polutan bercampur menjadi kelembaban, lalu itu menempel di patung selama bertahun-tahun dan akhirnya mengendap. Kotoran itu yang disebut sebagai korosi aktif. Namun, ada yang dinamakan korosi pasif, yakni hasil reaksi antara logam dan senyawa kimia yang dibawa dari polutan dan akhirnya mengubah warna obyek tersebut. Warna asli Patung Dirgantara adalah merah keabu-abuan hasil dari reaksi antara perunggu, tembaga, dan timah putih. Akibat pencampuran dengan polutan, patung berubah warna menjadi kehijauan.

Pembersihan yang dilakukan terhadap Patung Dirgantara

Bahan yang dipergunakan untuk membersihkan prasasti hanyalah perasan jeruk nipis. Jeruk nipis terbukti mampu membersihkan bahan-bahan logam dari karat. Ini resep dari zaman para empu masih menempa keris. Saat itu, jeruk nipis telah digunakan untuk mencuci senjata. jeruk nipis membantu memperlambat proses timbulnya karat itu. Jeruk nipis berkhasiat membersihkan logam dari karat karena kaya asam sitrat (asam lemah). Asam sitrat akan melarutkan logam yang teroksidasi. Asam sitrat memiliki gugus karboksilat. Gugus itu adalah bagian dari struktur kimia asam sitrat yang terdiri dari oksigen, karbon, dan hidrogen. Misal Tembaga klorida akan bereaksi dengan gugus karboksilat pada asam sitrat. Hasilnya adalah senyawa kompleks yang lebih mudah dibersihkan. Sebelum itu, patung harus dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan meliputi dua proses, yakni kering dan basah.  Pembersihan kering seperti menyikat patung, lalu pembersihan basah menggunakan aquadest.